Sebastian Giovinco © WakingTheRed
Pasarliga99.com - Sebastian Giovinco mengungkapkan bagaimana dia menjadi pemain sepakbola dan bagaimana Juventus mengajarkan mental menjadi pemenang kepada para pemainnya.
Giovinco baru-baru ini berbicara banyak soal perjalanan karirnya sebagai pesepakbola, mulai dari bermain di akademi Juventus hingga kini menjadi pemain Toronto FC.
Dalam penjelasannya itu, Giovinco mengatakan bahwa awal perjalanan karirnya adalah menjadi seorang gelandang. Namun pada akhirnya dia sadar bahwa dia lebih suka untuk mencetak gol untuk diri sendiri dan membantu tim meraih kemenangan.
Dikatakan pula oleh Giovinco bahwa dirinya tinggal tak jauh dari markas lama Juventus, Stadion Delle Alpi, Turin. Namun dia sama sekali tak pernah mendapatkan tiket pertandingan karena kondisi keluarganya bukan orang berada.
"Kami bukan orang berada. Kami tinggal hanya 15 mil dari Stadio Delle Alpi, namun tak pernah mendapatkan tiket untuk menonton Juventus. Kami tak mampu membeli peralatan apapun. Saya ingat ayah saya, yang seorang pekerja besi, harus menabung setahun penuh untuk membelikan saya sepatu pertama. Saya tak peduli jenis sepatunya. Berada di lapangan adalah satu-satunya hal yang penting," ujarnya.
Dilanjutkan oleh Giovinco bahwa dirinya memiliki waktu yang sulit di awal-awal bergabung dengan akademi Juventus dan itu sebabnya dia hanya bisa menangis sebelum akhirnya ayahnya menyadarkannya.
"Ketika saya berusia 15 atau 16 tahun, saya tak mendapatkan waktu bermain. Dan pada sebagian besar perjalanan pulang, saya hanya duduk di mobil dan menangis. Suatu hari Ayah menghentikan mobil dan mengatakan bahwa dia tak akan kembali ke Juventus bila terus menangis. Sejenak saya berpikir, dan kemudian saya bersumpah tak akan menangis dan hanya akan bekerja dan menang," tambahnya.
Pembicaraan dengan ayahnya itu yang membuatnya akhirnya berubah. "Jujur, itu adalah semua yang diharapkan di klub. Tanpa air mata. Berikan segalanya. Ada mentalitas seperti ini di Juventus. Ini cukup sederhana. Menang."
"Mereka mengajarkan anda rasa hormat, dan untuk menang dengan terhormat. Tapi di penghujung hari, semua bermuara pada satu hal. Kemenangan. Pola pikir itu ditanamkan pada diri saya sejak saya pertama kali tiba di Juventus. Hanya menang," tandasnya.
0 komentar :
Posting Komentar