Pasarliga88.com - Sudah rindu rasanya melihat AC Milan memiliki penyerang ikonik. Setelah Filippo Inzaghi berhenti bermain, praktis tak ada penyerang sejak saat itu yang bisa menjadi representasi Il Diavolo Rosso.
Setelah Inzaghi gantung sepatu pada tahun 2012, lini depan Milan dihuni beberapa nama yang sebetulnya cukup populer. Sebut saja Zlatan Ibrahimovic, Mario Balotelli, Fernando Torres atau Carlos Bacca. Namun semua pemain tersebut tak ada yang bertahan lama di San Siro.
Harapan Milan kembali memiliki penyerang ikonik serta mampu memberikan perubahan lahir ketika Patrick Cutrone muncul ke permukaan. Bukan hanya menjadi penyerang yang menjadi simbol Milan, pemain 20 tahun tersebut bisa juga menjadi pemain legendaris layaknya Paolo Maldini atau Franco Baresi.
Cutrone Menapaki Milan
Cutrone lahir di kota Como pada tahun 1998. Ia gabung akademi Milan sejak usianya masih enam tahun. Bersama dengan tim Milan Primavera ia telah menjadi mesin gol. Tercatat dari 67 penampilan, ia mampu mengumpulkan 43 gol. Dan di level U-17, Cutrone mencetak empat gol dari empat pertandingan. Selain itu, ia juga masuk dalam skuat Timnas Italia mulai dari level bawah hingga saat ini menginjak U-21 dan telah mengumpulkan 35 gol. Catatan yang sungguh luar biasa.
Cutrone tampil pertama kali bersama dengan skuat senior ketika Rossoneri masih berada di bawah kendali Sinisa Mihajlovic. Pada 10 Juli 2015, Mihajlovic memberikan kepercayaan pada Cutrone ketika menjalani pertandingan ujicoba menghadapi Alcione di San Siro. Namun saat itu, Cutrone belum resmi promosi ke tim utama.
Dua tahun kemudian, yaitu pada Januari 2017, Cutrone masuk dalam tim utama Milan setelah kepergian Luiz Adriano. Ia menjalani debutnya secara resmi di Serie A pada bulan Mei ketika menghadapi Bologna. Meskipun hanya bermain selama lima menit, namun pengalaman tersebut sangat penting bagi pemain muda sepertinya..
Menyambung musim 2017/2018 kemarin, Cutrone masuk dalam skuat Milan untuk menjalani tour. Menariknya, ia tampil gemilang selama serangkaian laga yang ia jalani. Ketika menghadapi FC Lugana klub dari Swiss, Cutrone mencetak gol cepat. Namanya semakin populer ketika memborong dua gol dalam kemenangan 4-0 atas Bayern Munchen di Tiongkok. Mencetak gol menghadapi raksasa Jerman tersebut tentunya sangat penting untuk mendorong motivasinya.
Situasi Cutrone sungguh dalam dilema besar ketika Milan melakukan revolusi skuat. Pada musim panas lalu, klub tujuh kali juara Liga Champions tersebut jatuh kepada konsorsium asal Tiongkok dari pemilik sebelumnya yaitu Silvio Berlusconi.
Di bawah kepemilikan baru tersebut, Milan melakukan belanja pemain besar-besaran. Untuk lini depan saja, Milan mendatangkan dua penyerang: Andre Silva dari Porto seharga 34,20 juta euro dan Nikola Kalinic dari Fiorentina seharga 18 juta euro. Kehadiran para pemain anyar tersebut tentu saja mengancam posisi Cutrone dalam merebutkan tempat utama.
Banyak tawaran dari klub lain yang ingin mendapatkan Cutrone. Tapi akhirnya ia tetap dipertahankan Vincenzo Montella, pelatih yang saat ini melatih Sevilla. Keputusan tersebut menjadi sebuah pilihan yang bijak karena Cutrone terbukti mampu menjadi jawaban lini depan Milan. Sejauh ini, ia adalah penyerang yang paling produktif dibandingkan dua pesaingnya.
Sepanjang musim ini, Cutrone telah mengumpulkan 10 gol dari 26 penampilan selama 1.469 menit di semua kompetisi. Dan di setiap kompetisi, ia menyumbangkan gol. Sementara itu Andre Silva mencetak 8 gol dari 24 penampilan di semua kompetisi selama 1.364 menit. Semua gol Silva terjadi di pentas Liga Europa. Kalinic yang paling senior, paling minim mencetak gol di mana pemain asal Kroasia tersebut baru mengumpulkan 4 gol dari 22 pertandingan di semua kompetisi selama 1.446 menit waktu bermain.
Melihat perbandingan itu, tak salah jika Milan mempertahankan Cutrone dan terus memberikannya kepercayaan. Pihak pemain sendiri memiliki dedikasi yang besar untuk Milan yang sudah dibelanya sejak belia.
"Impian saya adalah untuk tetap bertahan di sini karena saya mencintai Milan dan saya ingin tetap berada di sini. Pergerakan saya di lapangan dikomandoi oleh rasa lapar dan determinasi," ucap Cutrone setelah dirinya mencetak gol ke gawang Inter Milan di kompetisi Coppa Italia pada akhir tahun 2017 lalu.
Pada satu titik dalam kariernya, Cutrone ternyata pernah menjadi incaran Inter Milan. Cutrone menolak bergabung dengan rival Milan tersebut. Pasalnya, Milan lebih serius menginginkan pemain dengan tinggi 1,83 meter tersebut.
Pada musim pana lalu, Cutrone juga menjadi incaran Hellas Verona dan Torino. Tapi Milan tetap menjadi pilihan pertama bagi Cutrone dengan segala risikonya.
Penerus Inzaghi
BACA JUGA : Milan, Dia adalah Milanku Tahun 1990
Melihat gol-gol yang dicetak Cutrone mengingatkan peran Inzaghi di Milan. Penyerang yang sukses merasakan berbagai gelar bersama Milan tersebut, memang bukan pemain yang memiliki teknik bagus. Namun ia kerap membuat kejutan dengan pergerakan dan penempatan posisi di depan gawang yang tepat. Tiba-tiba ia mencetak gol.
Karakter Cutrone hampir sama dengan Inzaghi. Dua penyerang ini sangat oportunis.
Ketika Cutrone mencetak gol ke gawang Lazio baru-baru ini, menjadi bukti ia memiliki sedikit atau banyak kesamaan dengan Inzaghi. Dalam laga itu, Cutrone mencetak gol dengan cara tak terduga dan ada unsur ketidaksengajaan. Ketika bola lambung jatuh di depan gawang, Cutrone tiba-tiba merangsek dan berniat menyundul bola dengan kepalanya. Bola justru mengenai tangannya—yang tak diketahui wasit—lalu menjebol gawang lawan. Ia mengaku tak sengaja ketika mencetak gol tersebut. Hanya mengandalkan insting.
"Saya sudah melihat potongan gambar dari gol tersebut. Itu terjadi dalam momen dengan adrenalin tinggi yang disertai insting. Saya minta maaf jika kejujuran saya dipertanyakan," tutur Cutrone.
Gol tersebut mengingatkan kita ketika Inzaghi mencetak gol-golnya yang berbau kontroversi, diwarnai offside atau unsur ketidaksengajaan . Bahkan Inzaghi kerap mencetak gol konyol seperti dalam pertandingan menghadapi Inter Milan pada tahun 2003. Saat itu, Inzaghi mencetak satu gol setelah tendangan bebas Pirlo tidak sengaja mengenai kepalanya. Bola lantas berbelok arah dan berbuah gol. Kejadian serupa terjadi lagi ketika menghadapi Empoli pada tahun 2006.
Terlepas dari unsur sengaja atau tidak, bagi penyerang yang paling penting adalah mencetak gol. Beda lagi jika ia berposisi sebagai penjaga gawang seperti yang ia perankan ketika masih kecil. Dikisahkan oleh sang ayah bahwa Cutrone memulai sepakbola sebagai penjaga gawang. Ia sering bermain dengan neneknya di ruang tamu.
Tapi apapun posisi Cutrone, ia dituntut bermain dengan sebaik mungkin. Jika tidak, lebih baik pelatih tak usah memainkan anak yang sering membuat onar tersebut.
Begini pesan sang ayah: “Dia adalah seorang pembuat onar. Saya bilang pada pelatih untuk tidak memainkannya jika mendapat nilai jelek!"
Tapi justru pesan dari ayahnya itulah yang mungkin membuat Cutrone selalu ingin memberikan yang terbaik dalam setiap penampilannya. Dan saat ini, Cutrone telah terbukti mampu menjadi penyerang terbaik di Milan pada usia yang terbilang masih sangat belia.
0 komentar :
Posting Komentar