Pasarliga88.com - ROMA - Selamat datang di partai final. Laga klasik antara Real Madrid dan Liverpool bakal tersaji di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018). Final yang menghadirkan aroma dendam dan kutukan.
Liverpool resmi melangkah ke final setelah menang agregat 7-6 atas Roma. Setelah meraih ke menangan 5-2 di leg pertama, The Reds tetap ke final meski kalah 2-4 pada laga kedua di Stadion Olimpico. Butuh 11 tahun untuk Liverpool ke final setelah terakhir kali melakukannya pada 2007. Sayang, pada laga final, mereka dikalahkan AC Milan dengan skor tipis 1-2.
"Pertandingan berlangsung gila. Mereka mengambil semua risiko dan kami menghukumnya dengan serangan balik, tapi kemudian kami memberikan sebuah gol. Ada banyak ruang, tapi kemudian kami bermain terlalu dalam, sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Saya lupa skornya! 7-6 kan? Luar biasa!" kata Pelatih Liverpool Juergen Klopp, dikutip ESPNFC.
Bagi Klopp, ini bukan pertama kali membawa timnya ke final di panggung Eropa. Bersama Liverpool, dia membawa The Reds ke final Liga Europa, tapi menyerah 1-2 dari Sevilla. Pelatih asal Jerman tersebut membawa Borussia Dortmund ke final Liga Champions 2012/2013 menghadapi Bayern Muenchen. Hasilnya, Dortmund menyerah 1-2 dari Muenchen.
"Kami menantikannya. Tapi, sebelum itu kami harus memainkan dua pertandingan penentuan Liga Champions di Liga Primer yang harus kami jalankan. Setelah itu baru mempersiapkan final," tandas Klopp.
Di luar rekor buruk Klopp di partai final, kubu Madrid pun sejatinya tidak terlalu nyaman karena harus bertemu Liverpool. Bagi Los Blancos, bertemu wakil Inggris layaknya sebuah kutukan di partai final, sedangkan Liverpool bermakna dendam. Dendam, karena The Reds adalah tim terakhir yang bisa mengalahkan mereka di partai final. Tepatnya pada final Piala Champions musim 1980/1981. Los Blancos menyerah 0-1 melalui gol tunggal Alan Kennedy pada menit ke-82.
Sementara bicara klub Inggris, Los Blancos sudah tiga kali menghadapi tim dari Negeri Ratu Elizabeth tersebut di partai final. Selain Liverpool, pasukan Zinedine Zidane gagal menaklukkan Chelsea dan Aberdeen. Chelsea mengalahkan Los Blancos di final Piala Winners 1971 di dua pertemuan.
Madrid sempat tertinggal dari Chelsea melalui gol Peter Osgood sebelum diselamatkan Ignacio Zoco pada menit ke-90. Dua hari kemudian, kedua tim bertemu lagi untuk replay dan Chelsea menang 2-1 melalui Osgood dan John Dempsey. Pada 1983, Madrid menghadapi tim Alex Ferguson di Aberdeen dalam final Piala Winners.
Itu adalah malam yang memilukan bagi Los Blancos. Erick Black membuka skor setelah hanya tujuh menit di Gothenburg, meskipun mereka hampir langsung dimentahkan penalti Juanito. Laga final berlanjut ke tambahan waktu dan pemain pengganti John Hewitt mencetak gol kemenangan Aberdeen pada menit ke-112.
Tapi, Madrid bukan tanpa modal positif. Tim Ibu Kota Spanyol tersebut mendapatkan gelar Septima, Octava, Novena, Decima, Undecima, dan Duodecima setelah mengalahkan wakil Jerman di babak sebelumnya. Setelah menundukkan Muenchen, Madrid merebut gelar Decimotercera atau piala ke-13 di Kiev.
Sebelum merebut gelar Septima (ketujuh), mereka unggul atas Bayer Leverkusen dan Dortmund di babak perempat dan semifinal. Dua tahun kemudian, dalam perjalanan merebut gelar Octava (kedelapan), ada empat pertemuan melawan Muenchen. Pertama di fase grup dan kemudian di semifinal.
La Novena diraih setelah di final menaklukkan Leverkusen dengan gol kenangan dari Zidane.Pada musim sama, Los Blancos sebelumnya telah mengungguli Muenchen di babak perempat final. La decima direbut setelah mengalahkan Schalke, Dortmund, dan Muenchen di babak perdelapan final, perempat final, dan semifinal.
Di musim kampanye Undecima, Los Blancos melewati Wolfsburg di babak perempat final dan Duodecima, mereka menyingkirkan Muenchen di fase serupa. "Anda tidak bisa mencapai final Liga Champions tanpa menderita. Ini pelajaran dari semifinal Liga Champions," tandas Zidane.
0 komentar :
Posting Komentar