Pasarliga99.com - Sukses yang raih dalam karir Cristiano Ronaldo rupanya tidak ia dapatkan dengan cara yang mudah. Ronaldo mengaku banyak berkorban sejak masih sangat kecil. Jalan hidup Ronaldo pun penuh dengan kisah pilu.
Nama Ronaldo mencuat saat Manchester United membelinya dari Sporting Lisbon. Setelah sukses bersama United, pemain asal Portugal ini kemudian pindah ke Real Madrid dengan status pemain paling mahal dunia, pada tahun 2009 silam.
Saat ini, beragam gelar mayor sudah pernah diraih oleh Ronaldo. Baik untuk capaian pribadi maupun kolektif. Ballon d'Or dan beragam gelar pemain terbaik sudah masuk koleksinya. Juara Liga Champions dan Euro juga sudah pernah diraih.
Tapi, di balik cerita sukses tersebut, Ronaldo punya sebuah kisah pilu yang jarang diketahui oleh publik. Misalnya, saat ia berjuang di akademi Sporting Lisbon. Hal itu kemudian ia ungkap dalam sebuah tulisan dai The Players Tribune.
Ronaldo mulai bergabung dengan akademi Sporting saat berusia 11 tahun. Pada usia ini, tentu saja ia masih seorang bocah yang butuh kasih sayang dan perhatian ekstra dari keluarganya. Tapi, ia sudah harus berjauhan dengan ibu dan keluarganya.
"Saya tidak mengenal siapapun dan sangat sepi. Keluarga saya hanya mampu menjenguk empat bulan sekali atau mungkin lebih. Saya sangat merindukan mereka sehingga setiap hari terasa menyakitkan," tulis Ronaldo.
"Saya hampir menangis setiap harinya. Saya masih di Portugal, tapi saya merasa ada di negara lain," sambungnya.
Nama Ronaldo mencuat saat Manchester United membelinya dari Sporting Lisbon. Setelah sukses bersama United, pemain asal Portugal ini kemudian pindah ke Real Madrid dengan status pemain paling mahal dunia, pada tahun 2009 silam.
Saat ini, beragam gelar mayor sudah pernah diraih oleh Ronaldo. Baik untuk capaian pribadi maupun kolektif. Ballon d'Or dan beragam gelar pemain terbaik sudah masuk koleksinya. Juara Liga Champions dan Euro juga sudah pernah diraih.
Tapi, di balik cerita sukses tersebut, Ronaldo punya sebuah kisah pilu yang jarang diketahui oleh publik. Misalnya, saat ia berjuang di akademi Sporting Lisbon. Hal itu kemudian ia ungkap dalam sebuah tulisan dai The Players Tribune.
Ronaldo mulai bergabung dengan akademi Sporting saat berusia 11 tahun. Pada usia ini, tentu saja ia masih seorang bocah yang butuh kasih sayang dan perhatian ekstra dari keluarganya. Tapi, ia sudah harus berjauhan dengan ibu dan keluarganya.
"Saya tidak mengenal siapapun dan sangat sepi. Keluarga saya hanya mampu menjenguk empat bulan sekali atau mungkin lebih. Saya sangat merindukan mereka sehingga setiap hari terasa menyakitkan," tulis Ronaldo.
"Saya hampir menangis setiap harinya. Saya masih di Portugal, tapi saya merasa ada di negara lain," sambungnya.
Tapi, rasa cinta Ronaldo pada sepakbola telah membulatkan tekadnya untuk bertahan dengan segara rintangan. Ronaldo sadar bahwa dirinya punya bakat yang spesial di sepakbola dan harus bertahan. Rekan-rekannya pun turut menyemangatinya.
Tak hanya dari rekan-rekannya, bakat Ronaldo pun mulai tercium oleh para pelatih di akademi Sporting dan pemandu bakat. "Tapi kemudian ada seseorang yang berbisik 'Ya, tapi saya dia terlalu kecil," kisah Ronaldo.
Mendapatkan cibiran, Ronaldo, yang dulu tubuhnya memang kecil, tidak lantas surut niat. Sosok yang kini menjadi kapten bagi timnas Portugal justru makin bersemangat. Ronaldo pun memilih untuk berlatih dengan porsi tambahan. Ia mulai melatih otot tubuhnya.
"Saya berhenti bermain seperti anak kecil, saya berhenti bertingkah seperti anak kecil, saya berlatih seolah saya akan menjadi yang terbaik di dunia."
Sejak saat itu, Ronaldo pun terus punya ambisi untuk menutupi apa yang orang katakan sebagai kekurangannya. Ia tidak punya waktu untuk bersenang-senang dengan rekan sepermainan. Masa kecil Ronaldo dihabiskan dengan latihan dan latihan. Ia bekerja sangat keras.
"Saya mulai menyelinap dari asrama pada malam hari untuk berolahraga. Saya menjadi lebih besar dan lebih cepat," katanya.
Namun, hal tersebut rupanya masih belum cukup. Masih bisikan negatif tentang pria kelahiran Madeira tersebut. Untuk bisa menjadi pemain sepakbola di level profesional, Ronaldo dinilai terlalu kurus dan akan sulit untuk bermain di tim senior.
Tapi, Ronaldo lagi-lagi menunjukkan tekad besar untuk bekerja ekstra keras. Pada saat berusia 15 tahun, Ronaldo pun ditertawakan oleh rekan satu timnya di akademi Sporting karena ia berkata akan jadi pemain terbaik dunia di masa depan. Tidak ada yang percaya dengan seloroh Ronaldo tersebut.
"Saya berkata pada teman latihan saya, saya masih sangat ingat dengan jelas. Saya bilang pada mereka 'Saya akan menjadi yang terbaik dunia pada suatu hari nanti'. Mereka tertawa terbahak-bahak. Saat itu, saya masih belum berada di tim utama Sporting."
"Tapi saya percaya dan saya berkata dengan sungguh-sungguh," tutup pemain yang kini berusia 32 tahun.
0 komentar :
Posting Komentar